2 research outputs found

    Pemanfaatan Media Sosial Dalam Proses Pembelajaran Generasi Z

    No full text
    Eksistensi teknologi digital mendorong perubahan gaya hidup generasi Z dalam mengoptimalisasikan media sosial sebagai media dan sumber informasi yang memfasilitasi kegiatan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana generasi Z (1) memaknai media sosial dalam pembelajaran, (2) menggunakan media sosial dalam pembelajaran dan (3) latar belakang penggunaan media sosial dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengacu pada metode penelitian fenomenologi dengan pendekatan studi lapangan. Subjek penelitian ialah tiga orang siswa yang mewakili generasi Z dan empat orang pengajar dari Lembaga Kursus Bahasa Bright Education. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terlibat, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian ditranskripkan, dibuat kode, serta pemunculan tema. Teknik analisis yang digunakan ialah model interaktif. Hasil dari penelitian ini meliputi tiga temuan. Pertama, (i) dalam keseharian media sosial dimanfaatkan untuk berkomunikasi dan konektivitas sesama pengguna; (ii) adanya peranan penting media sosial selayaknya teman dan menjadi bagian keseharian yang dapat memudahkan aktivitas dan menghibur penggunanya; (iii) generasi Z memaknai media sosial sebagai salah satu medium dengan akses yang mudah, mampu memfasilitasi aktivitas belajar dengan menyediakan bahan belajar yang variatif, sumber informasi, menambah pengetahuan, serta sifatnya yang mudah dibagikan. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan belajar, generasi Z sebagai subjek belajar dengan sadar memaksimalkan media sosial dalam proses belajar sehari-hari, khususnya untuk materi pembelajaran Bahasa, Sains, dan Tutorial yang membutuhkan eksplorasi lebih di luar kelas. Sedangkan platform dengan intensitas tertinggi yang digunakan generasi Z ialah aplikasi Instagram, WhatsApp dan Tiktok. Ketiga, latar belakang generasi Z menggunakan media sosial dalam pembelajaran terdiri dari enam hal, yakni (i) kedekatan media sosial dalam keseharian dan menjadi gaya hidup; (ii) kelengkapan fitur, berbagai manfaat, jangkauan luas, dan konten media sosial yang menarik; (iii) merasakan adanya motivasi untuk mengembangkan diri; (iv) kemudahan dalam mencari informasi; (v) adanya adiksi dalam penggunaan media sosial; dan (vi) faktor karakter generasi Z sebagai generasi digital

    ANALISIS KESALAHAN PEMBENTUKAN KALIMAT DALAM BENTUK PERFEKT PADA KARANGAN NARASI MAHASISWA

    Get PDF
    Dalam bahasa Jerman dikenal enam jenis sistem kala. Salah satunya yaitu bentuk kala lampau yang terdiri dari Perfekt, Präteritum, dan Plusquamperfekt. Kalimat bentuk Perfekt adalah kalimat yang digunakan untuk menceritakan kejadian yang telah lalu dan ditandai dengan adanya perubahan verba. Hal tersebut tidak dikenal dalam tatabahasa Indonesia, sehingga diduga dapat menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jerman. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kesalahan pembentukan kalimat bentuk Perfekt pada karangan narasi mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan dan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam pembentukan kalimat bentuk Perfekt pada karangan narasi mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, dengan instrumen tes tertulis dan angket. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester III tahun ajaran 2012/2013 jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI. Sampel pada penelitian ini sebanyak 25 mahasiswa. Dari hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa masih terdapat kesalahan-kesalahan yang dilakukan mahasiswa pada pembentukan kalimat Perfekt. Berdasarkan hasil tes, dari 287 kalimat yang ditulis dalam bentuk Perfekt, ditemukan sebanyak 98 kesalahan dengan rincian kesalahan menentukan Hilfsverb sebanyak 32 kesalahan (32,65%); terdapatnya kalimat yang tidak menggunakan bentuk Perfekt sebanyak 23 kesalahan (23,47%); kesalahan menentukan Partizip II dari verba utama sebanyak 15 kesalahan (15,30%); terdapatnya kalimat yang kurang jelas sebanyak 11 kesalahan (11,22%), terdapatnya kalimat bentuk Perfekt tanpa Hilfsverb sebanyak 9 kesalahan (9,18%) dan kesalahan dalam bentuk Perfekt yang lainnya sebanyak 8 (8,16%). Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data dapat disimpulkan bahwa, kesalahan yang dilakukan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kurangnya ketelitian mahasiswa dalam menulis, kurangnya berlatih materi Perfekt dari buku-buku lain selain buku pegangan, kurangnya waktu berlatih materi Perfekt. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar mahasiswa lebih teliti dan lebih sering berlatih membuat kalimat bentuk Perfekt. Selain itu mahasiswa hendaknya menghafalkan verba sekaligus dengan bentuk Partizip II -nya. Akan lebih baik jika mahasiswa memiliki sebuah buku harian untuk menceritakan kegiatan sehari-hari yang telah mereka kerjakan dan dituliskan dalam kalimat bentuk Perfekt. Im Deutschen kennt man sechs Zeitformen. Eine davon ist die Vergangenheitform, nähmlich das Perfekt, das Präteritum und das Plusquamperfekt. Das Perfekt ist eine Zeitform des Verbums, die ein vergangenes Geschehen bezeichnet. Dies kennt man im Indonesischen nicht, deshalb könnte es Deutschstudierenden Schwierigkeiten bereiten. Aus diesem Grund interessiert sich die Verfasserin, eine Untersuchung über Fehleranalyse bei der Bildung des Perfekts in Aufsätzen der Studenten zu machen. Die Ziele dieser Untersuchung sind, die Arten der Fehler zu beschreiben und deren Ursachen herauszufinden. In dieser Untersuchung wurde die deskriptiv-analytische Methode verwendet. Das Instrument dieser Untersuchung besteht aus einem schriftlichen Test und einer Umfrage. Die Population dieser Untersuchung waren Studenten im 3. Semester der Deutschabteilung der FPBS UPI Bandung vom Studienjahr 2012/2013. Als Probanden der Untersuchung waren 25 Studenten. Das Ergebniss der Datenanalyse zeigt, dass die Studenten noch Fehler bei der Bildung des Perfekts gemacht haben. Von 287 Sätzen im Perfekt wurden 98 Fehler gefunden und zwar: unpassendes Hilfsverb 32 Fehler (32,65%); falsche Zeitform 23 Fehler (23,47%); bei der Bildung von Partizip II 15 Fehler (15,30%); bei der Bildung von Sätzen 11 Fehler (11,22%); ohne Hilfsverb 9 Fehler (9,18%) und sonstige 8 Fehler (8,16%). Die gemachten Fehler werden durch einige Faktoren verursacht, nämlich: Die Studenten lesen und machen die Aufgaben nicht sorgfältig, sie haben sich nicht bemüht und nicht viel Zeit genommen, Übungen zum Perfekt aus anderen Büchern zu machen. Aus den oben genannten Ergebnissen wird vorgeschlagen, dass die Studenten sorgfältiger und mehr Übungen zum Perfekt machen. Auβerdem sollten die Studenten das Partizip II auswendig lernen. Es wäre besser, wenn die Studenten ein Tagebuch über ihre vergangene tägliche Tätigkeiten im Perfekt schreiben
    corecore